WARTA PERTIWI.COM, SIDOARJO – Dalam upaya menanggulangi masalah gizi buruk dan stunting pada anak usia dini, Poltekkes Kemenkes Surabaya melalui Program Kemitraan Masyarakat telah melaksanakan kegiatan pengabdian bertajuk “Pemberdayaan dan Edukasi Wali Murid TK Dharma Wanita Persatuan Tropodo tentang Pencegahan dan Penanganan Kurang Gizi (Malnutrisi) dan Stunting melalui Pembuatan Media Edukasi” di Desa Trosobo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.
Kegiatan ini dipimpin oleh Syamsul Arifin dengan anggota tim Suliati dan Wisnu Istanto, yang mengusung pendekatan inovatif untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan orang tua dalam menghadapi tantangan gizi anak.
Malnutrisi, termasuk stunting, telah menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis, yang akhirnya mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan anak, baik secara fisik maupun kognitif. Hal ini secara luas mempengaruhi kualitas hidup anak-anak di masa depan—mulai dari penurunan prestasi akademik hingga gangguan produktivitas di masa dewasa.
Kegiatan itu merupakan upaya pembelajaran bagi wali murid dan guru agar memahami pentingnya nutrisi yang cukup dan seimbang untuk tumbuh kembang anak. “Masalah stunting ini bukan hanya terbatas pada kekurangan makanan, tetapi juga pada kurangnya pengetahuan tentang pola makan yang sehat yang menjadi penyebabnya.”
“Kami pada kegiatan ini memberikan wawasan nutrisi dan mengajak para orang tua menjadi agen perubahan dalam pencegahan stunting,” ungkap Syamsul.
Diharapkan salah satu fokus dari pendidikan ini adalah membuat orang memahami pentingnya asupan zat besi, serta nutrisi lainnya, untuk pencegahan stunting. Menurut Suliati, seorang anggota tim pelayanan, “Kekurangan pasokan zat besi pada anak-anak akan memicu anemia, yang dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dan prestasi belajar anak”.
“Kami ingin memastikan bahwa para wali murid memahami peran nutrisi ini, serta bagaimana menyajikan makanan yang kaya akan zat besi dengan cara yang terjangkau,” ujar Suliati.
Tim Pengabdian Masyarakat telah menyiapkan media edukasi dalam mengembangkan pendidikan yang dapat diakses oleh berbagai segmen masyarakat, sesuai dengan tingkat pemahaman orang tua.
Media tersebut berupa video pembelajaran tentang pencegahan stunting & malnutrisi, poster, selebaran brosure, dan modul interaktif yang dapat digunakan orang tua untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan pola makan yang sehat dan seimbang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wisnu Istanto, media pembelajaran bisa dijadikan pedoman praktis bagi orang tua atau wali murid untuk memilih dan menyajikan makanan bergizi bagi anak-anak mereka. “Kami menyadari edukasi harus disampaikan dengan cara yang mudah dipahami, karena itu media ini kami desain dengan visual menarik dan bahasa yang sederhana”.
“Harapannya, para wali murid dapat menerapkan pengetahuan dan informasi ini secara langsung dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Wisnu.
Program ini tidak hanya berhenti pada pendidikan semata, tetapi memberdayakan para wali untuk menjadi agen perubahan yang aktif di lingkungan mereka sendiri. Dengan pengetahuan yang lebih baik mengenai nutrisi dan stunting, para pengasuh diharapkan dapat menerapkan pola makan yang lebih sehat di dalam rumah tangga mereka dan menyebarkan informasi di masyarakat. Para peserta memberikan tanggapan yang cukup positif; hal itu membuat mereka merasa lebih percaya diri untuk mengambil peran aktif dalam mendukung kesehatan anak-anak mereka.
Edukasi ini membuat saya lebih memahami cara memberikan makanan yang bergizi untuk anak saya. “Ternyata, makanan yang kaya nutrisi dan zat besi tidak harus mahal, asal kita tahu cara mengolah dan memilih bahan yang tepat,” ujar salah satu peserta yang merupakan wali murid di TK Dharma Wanita Persatuan Tropodo.
Dengan ini diharapkan Program Pengabdian Masyarakat dapat memberikan dampak positif dalam percepatan pengurangan stunting dan malnutrisi sebagai masalah jangka panjang di Desa Trosobo. Anak-anak di wilayah ini akan dapat mengalami kualitas kesehatan dan perkembangan yang lebih optimal karena peningkatan kesadaran para wali murid untuk masa depan yang lebih baik.
Syamsul Arifin menegaskan bahwa kegiatan semacam ini harus terus dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan berbagai pihak, baik itu pemerintah daerah maupun instansi terkait. “Kami berharap, kegiatan ini bisa menjadi langkah awal dalam upaya pencegahan stunting di Sidoarjo. Keterlibatan masyarakat dan juga sinergi berbagai pihak sangat penting untuk mencapai target Indonesia bebas stunting,” tutup Syamsul.(*/id@)