WARTA PERTIWI.COM, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar Rapat Dewan Komisioner Bulanan yang mengevaluasi stabilitas sektor jasa keuangan.
Pasalnya, stabilitas ini didukung oleh permodalan yang solid dan likuiditas yang mencukupi, meskipun terdapat ketidakpastian global yang disebabkan oleh meningkatnya tensi perdagangan dan geopolitik, serta normalisasi harga komoditas global.
Dalam rilis berita hang diterima WARTA PERTIWI.COM menyebutkan, perekonomian global menunjukkan pelemahan secara umum, dengan inflasi yang moderat secara luas.
Seiring dengan melemahnya pasar tenaga kerja dan penurunan inflasi di AS, pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuan (FFR) sebanyak 2-3 kali di tahun 2024.
Di Eropa, meskipun perekonomian terus melemah, Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga pada pertemuan Juli 2024.
Namun, pasar memperkirakan ECB akan menurunkan suku bunga dua kali lagi hingga akhir tahun 2024.
Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2024 melambat akibat lemahnya permintaan domestik, yang terlihat dari penurunan inflasi dan harga properti.
Pemerintah dan bank sentral di sana terus menerapkan stimulus fiskal dan moneter.
Tensi geopolitik global meningkat, seiring dinamika politik di AS menjelang Pemilihan Presiden pada November 2024, serta perkembangan di Timur Tengah dan Ukraina.
Tensi perdagangan juga meningkat, terutama dalam sektor teknologi dan semikonduktor. Pasar telah memperhitungkan dampak dari peningkatan tensi geopolitik ini.
Secara umum, tekanan di pasar keuangan global menurun. Ekspektasi penurunan FFR oleh The Fed mendorong penurunan yield USD dan pelemahan indeks dolar.
Kondisi ini mendorong aliran modal masuk (inflow) ke negara-negara pasar berkembang, termasuk Indonesia, yang menguatkan pasar keuangan di negara-negara tersebut, terutama di pasar obligasi dan nilai tukar.
Di dalam negeri, perekonomian Indonesia tetap positif dan stabil, dengan inflasi yang terjaga dan surplus neraca perdagangan yang berlanjut.
Namun, penurunan harga komoditas yang berlanjut perlu dicermati karena memengaruhi kinerja ekspor.
Di pasar saham, IHSG menguat 2,72 persen pada 31 Juli 2024, mencapai level 7.255,76 (terkoreksi 0,23 persen sepanjang tahun), dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp12.338 triliun, naik 1,83 persen sepanjang bulan (5,76 persen sepanjang tahun).
Investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp6,68 triliun sepanjang bulan (net sell Rp1,05 triliun sepanjang tahun). Hampir semua sektor mengalami penguatan, dengan sektor industri dan transportasi & logistik mencatatkan penguatan terbesar.
Rata-rata nilai transaksi harian pasar saham mencapai Rp11,87 triliun sepanjang tahun.
Di pasar obligasi, indeks ICBI naik 1,09 persen sepanjang bulan (2,66 persen sepanjang tahun) ke level 384,57, dengan yield SBN rata-rata turun sebesar 7,34 bps (naik 25,87 bps sepanjang tahun).
Non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp4,90 triliun sepanjang bulan (net sell Rp29,05 triliun sepanjang tahun). Di pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp0,58 triliun sepanjang bulan (net sell Rp2,22 triliun sepanjang tahun).
Di industri pengelolaan investasi, Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp830,25 triliun, naik 0,51 persen sepanjang bulan (0,67 persen sepanjang tahun), dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp491,61 triliun, naik 1,06 persen sepanjang bulan (turun 1,96 persen sepanjang tahun), dan net subscription sebesar Rp2,75 triliun sepanjang bulan (net redemption Rp12,53 triliun sepanjang tahun).
Penghimpunan dana di pasar modal masih menunjukkan tren positif, dengan nilai Penawaran Umum mencapai Rp129,90 triliun, termasuk Rp4,39 triliun dari 28 emiten baru.
Selain itu, terdapat 111 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp33,04 triliun.
Untuk penggalangan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF), sejak ketentuan SCF diberlakukan hingga 30 Juli 2024, terdapat 17 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK, dengan 579 penerbit, 159.957 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun sebesar Rp1,15 triliun.
Pada Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 31 Juli 2024, terdapat 70 pengguna jasa dengan izin, mencatat total volume 613.541 tCO2e dan nilai akumulasi sebesar Rp37,04 miliar.
Transaksi tercatat di Pasar Reguler sebesar 26,73 persen, Pasar Negosiasi 23,19 persen, Pasar Lelang 49,89 persen, dan marketplace 0,18 persen.
Ke depan, potensi Bursa Karbon masih sangat besar dengan 3.864 pendaftar di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan potensi unit karbon yang dapat ditawarkan.
Dalam hal penegakan ketentuan di bidang Pasar Modal, OJK pada Juli 2024 mengenakan sanksi administratif berupa denda kepada 2 Manajer Investasi dan 1 Emiten sebesar Rp475.000.000.
Sepanjang tahun 2024, OJK telah menjatuhkan sanksi administratif kepada 83 pihak, termasuk denda sebesar Rp57.175.000, 14 Perintah Tertulis, pencabutan izin usaha 1 Manajer Investasi, pencabutan izin orang perseorangan, 5 Peringatan Tertulis, dan denda keterlambatan sebesar Rp49.809.990.000 kepada 561 pelaku jasa keuangan di Pasar Modal.
Selain itu, OJK memberikan 66 Peringatan Tertulis atas keterlambatan penyampaian laporan dan 2 Peringatan Tertulis lainnya.(Id@)