Close

Profil Ade Candra, Sosok Disabilitas yang Sukses Jadi Fotografer Profesional

Foto : Ade Candra Sosok Disabilitas asal Surabaya, Jawa Timur yang sukses di dunia fotografer.

WARTA PERTIWI.COM, SURABAYA – Aktor Amerika Jimmy Dean pernah mengatakan   “Aku tidak bisa mengubah arah angin, tapi aku bisa mengatur layarku untuk selalu mencapai tujuanku.”

Ini setidaknya sangat pas dilekatkan pada Ade Candra Sosok Disabilitas asal Surabaya, Jawa Timur yang kini sukses di dunia fotografer.

Ditengah pencapaian kesuksesan Ade Candra saat ini tak lepas dari catatan perjalanan yang buram.

Di tengah  hiruk pikuk jutaan manusia di Kota Surabaya, tersembunyi sebuah kisah yang begitu menyentuh.

Pemilik nama lengkap Ade Candra Prastyo merupakan  pemuda penyandang disabilitas fisik berusia 29 tahun merupakan warga Jalan Simo Jawar 7/47D Kota Surabaya.

Ia ibarat kata pepatah “hidup enggan mati tak mau”. Dia betul-betul merasakan bagaimana melawan alam yang keras dan konon pernah berdiri di ambang kematian.

Namun kini bangkit sebagai seorang fotografer professional yang bermula dari pontang-panting meminjam kamera untuk bekerja.

Sempat dianggap meninggal. Beberapa tahun silam, petaka itu datang tanpa permisi. Kecelakaan tragis merenggut segalanya, bahkan nyawanya sempat dianggap hilang.

Ade tergeletak di lokasi kejadian di daerah Ngesong Surabaya barat. Orang-orang di sekitarnya hanya bisa menatap nanar, mengira sang pemuda telah pergi untuk selamanya.

Namun, di tengah keputusasaan itu, secercah harapan muncul. Seorang warga melihat tangan Ade bergerak dibalik tubuhnya yang telah ditutupi koran.

Ade segera dilarikan ke rumah sakit, memulai sebuah perjuangan panjang dan berat. 7 kali operasi ia jalani termasuk operasi pemotongan organ limpah dan operasi tulang paha yang remuk, sebuah siksaan fisik yang luar biasa.

Setiap sayatan pisau bedah adalah pertaruhan, antara hidup dan mati. Namun, di balik tubuh yang terluka, tersimpan sebuah semangat yang tak pernah padam.

Ade berjuang, melawan rasa sakit, melawan keterbatasan, melawan takdir yang seolah ingin merenggutnya kembali.

Mimpi Sebagai Fotografer Profesional

Bertahun-tahun berlalu, Ade berhasil melewati masa-masa sulit itu. Ia terlahir kembali, dengan semangat baru dan sebuah hobi yang kemudian menjadi jalan hidupnya (fotografi).

Di balik lensa kamera, Ade menemukan dunianya, sebuah cara untuk melihat dan merekam keindahan di tengah keterbatasan fisiknya.

Sebuah kesempatan emas datang ketika Ade dipercaya menjadi fotografer di klub sepak bola amputasi Surabaya, PERSAS. Ia mengabadikan semangat para atlet yang juga berjuang melawan keterbatasan, menciptakan gambar-gambar yang penuh makna dan inspirasi.

Untuk mempertajam keahliannya, Ade mengikuti pelatihan dan sertifikasi fotografer profesional yang diselenggarakan oleh Disnakertrans Jatim pada tahun 2021 dan berhasil meraih sertifikasi BNSP, sebuah pengakuan atas kompetensinya.

Kini, Ade aktif bekerja sebagai fotografer panggilan. Ia mengabadikan momen-momen penting dalam berbagai acara, dari pernikahan hingga acara sosial.

Namun, ironisnya, di balik perjuangannya, ada sebuah pilu yang masih ia rasakan. Ade belum memiliki kamera yang memadai untuk menunjang pekerjaannya.

Ia masih harus meminjam kamera milik PERSAS, sebuah keterbatasan yang menghambat langkahnya untuk meraih kemandirian penuh.

“Saya bermimpi memiliki kamera sendiri, sebuah alat yang akan menjadi sayap saya untuk terbang lebih tinggi,” ujar Ade dengan mata berkaca-kaca pada Jumat 10 januari 2025 di rumahnya.

Ade membutuhkan kamera standar fotografi (SLR beserta lensa), sebuah investasi kecil yang akan memberikan dampak besar bagi kehidupannya.

Dukungan Dari Komunitas

Dukungan untuk Ade juga datang dari Kapten PERSAS, Khusnul Yakin.

“Ade punya bakat yang luar biasa di bidang fotografi. Hasil jepretannya tidak kalah dengan fotografer profesional. Saya yakin, jika ia diberikan support yang memadai, Ade pasti bisa sukses,” ungkap Khusnulpada jumat 10 februari 2025 di markas persas Jl. Pulo wonokromo 259/II Surabaya.

Ade ingin membuktikan kepada dunia, dan terutama kepada kedua orang tuanya yang telah setia mendampinginya melewati masa-masa sulit, bahwa ia bisa sukses dan mandiri.

Ia ingin membalas kasih sayang mereka dengan sebuah kebanggaan, sebuah bukti bahwa mimpi tak mengenal keterbatasan fisik.(Id@)

scroll to top