WARTA.PERTIWI. KUPANG (NTT)- Kasus trafiking yang terjadi di Provinsi NTT beberapa tahun belakangan ini membuat miris karena banyak dialami warga yang berada di kampung-kampung.
Bahkan anak di bawah usia menjadi korban dari aksi oknum yang tidak bertanggung jawab. Dengan sedkit “uang sirih pinang” yang diberikan kepada orangtua korban, modus para oknum pun mulus.
Baru-baru salah satu siswi SMP anak di bawah umur di Kabupaten Malaka, NTT nyaris menjadi korban. Ini karena tidak mampu bayar uang sekolah sehingga jalan pintas inilah yang ditempuh.
Adalah Ipda Fridus Bere salah seorang anggota polisi di lingkup Mapolres Malaka menggagalkan rencana si anak. Dengan ketulusan hati anggota polisi ini, seluruh biaya pendidikannya ditanggung hingga tuntas selesaikan studi di bangku SMP.
Seperti apa profil IPDA Fridus Bere, berikut ini ditampilkan sosok pria yang murah hati berhati emas yang bertugas di perbatasan RI-RDTL.
Fridus Bere masuk menjadi anggota Polri tahun 2002 ketika Malaka masih bergabung dengan Kabupaten induk Belu.
Berasal dari keluarga tak mampu, sebelum menjadi anggota polisi, Ipda Fridus Bere sempat mendaftar untuk mengikuti kuliah, namun karena biaya yang cukup tinggi Ia memutuskan mengundurkan diri.
Dijelaskan Fridus Bere, awalnya ia sekadar ikut-ikutan bersama rekan-rekan seangkatannya dari satu sekolah mendaftar mengikuti tes anggota Polri.
Sempat tidak berfikir untuk menjadi anggota Polri karena ingin melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Tetapi nasib berkata lain, melihat latarbelakang keluarga dari ekonomi pas-pasan maka Fridus Bere mengambil sikap mengundurkan diri untuk tidak kuliah.
“Saya daftar menjadi anggota Polri tapi dua kali gagal. Baru kali ketiga tepatnya tahun 2002 baru lulus sewaktu masih di Belu. Setelah Kabupaten Malaka mekar ditempatkan di Polres Malaka satu tahun di Unit Dalmas lalu di Sat Lantas. Sempat menjadi ajudan kapolres sampe awal tahun 2016,” tutur Fridus.
Setelah itu, kata Fridus, Ia ditugaskan sebagai Komandan Pos Motamasin di Perbatasan RI-RDTL mengawal dari pembebasan lahan untuk pembangunan PLBN.
“Jadi saya di Motamasin dari sebelum sampai selesai pembangunan PLBN. Semuanya berjalan aman selama di perbatasan. Ini karena saya bersama rekan-rekan bekerja dengan hati tulus ikhlas sesuai dengan pesan mama saya,” tutur Ipda Fridus Bere.
Dikatakan Ipda Fridus Bere, ketika pertama kali keluar dari rumah, pesan mama yang terus terngiang di telinga bahwa harus meneladani bapak yang banyak membantu sesama.
“Hal itu yang saya lakukan seperti membantu warga Timor Leste yang sakit untuk masuk berobat di wilayah RI walaupun tidak memiliki paspor. Membantu ibu dari Malaka yang tidak ada biaya persalinan di salah satu Rumah sakit,” jelasnya.
Hal lain yang dilakukan Ipda Fridus Bere adalah membantu korban perdagangan anak dibawah umur dengan menggagalkan keberangkatannya. Dimana saat ditanya alasan berangkat ke luar negeri karena ikut bujukan orang karena tidak ada uang untuk membayar uang sekolah.
“Saya prihatin karena anak yang mau sekolah harus gagal di dunia pendidikan. Saya mengantar anak ini ke sekolah bayar uang sekolah anak tersebut agar bisa ikut ujian akhir SLTP. Bagi saya membantu orang keluar dari kesulitan membuat hati saya bahagia,” tutur pria yang irit bicara ini.
Perlahan namun pasti, berkat ketekunan, ketabahan, ketulusan hati bekerja di institusi kepolisian ini, seabrek penghargaan pun dialamatkan kepadanya.
Penghargaan yang Ia terima mulai dari lingkup Polda NTT, dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sampai dari Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta.
Penghargaan yang dia terima karena kerja kemanusiaan yang dilakukan sewaktu bertugas di Perbatasan RI-RDTL.
Atas kebaikan yang dilakukan selama bertugas menjadi anggota Polri saat ini, Ipda Fridus Bere mendapatkan beberapa penghargaan baik bukan saja dari petinggi di Polda NTT tetapi juga dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga Presiden Timor Leste, Ramos Horta.
Penghargaan yang Ia terima karena selama ini Ia berkomitmen untuk bekerja sesuai dengan tugas yang dipercayakan pimpinan tertinggi Polri khususnya di perbatasan Motamasin, Kabupaten Malaka.
Pria yang punya hobi bola kaki, bersepeda dan joging ini mengatakan, dari perbuatan baik bisa mendapatkan penghargaan dari Kapolri untuk mengikuti pendidikan Inspektur.
Sementara penghargaan dari Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta, dirinya diundang ke Kedutaan Indonesia di Dili.
“Saat itu saya dikasih 2 pilihan yakni mau diusulkan jadi Kepala PLBN kenaikan pangkat luar biasa atau jadi abdi negara. Saya diam sejenak dan menjawab pilih jadi abdi negara. Pesan saya kepada generasi muda untuk terus berbuat baik karena dengan berbuat baik kita diberikan kemudahan disetiap kesulitan,” tutur Ipda Fridus.(*/rio)