WARTA PERTIWI.COM, MALANG | Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd., menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam membangun keluarga berkualitas dan menekan angka stunting di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam dialog bersama penyuluh KB dan kader Bangga Kencana se-Kota Malang, Selasa (12/8/2025).
Dalam kegiatan yang digelar di Aula Temu Kader, Mini Block Office Pemkot Malang, Wihaji mendorong optimalisasi dua program unggulan: Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) dan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
“Melalui TAMASYA, kami ingin menjawab kekhawatiran para ibu bekerja. Pemerintah, swasta, dan korporasi harus menyediakan fasilitas penitipan anak yang aman dan layak,” ujar Wihaji.
Program TAMASYA telah menggandeng enam kementerian, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup, untuk memastikan perusahaan yang mempekerjakan banyak perempuan menyediakan taman penitipan anak.
Sementara itu, Gerakan Genting fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar yang belum terjangkau bantuan pemerintah, seperti air bersih, sanitasi, dan pencegahan pernikahan dini.
“Stunting bukan hanya soal gizi. Kami libatkan korporasi, BUMN, swasta, dan penyuluh KB sebagai orang tua asuh. Prinsipnya pentahelix, semua pihak terlibat,” tegasnya.
Dalam kunjungan tersebut, Wihaji juga meninjau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kecamatan Klojen. Ia memastikan penyaluran bantuan makanan bergizi bagi ibu hamil, menyusui, dan balita non-PAUD berjalan optimal.
Dari total 3.000 penerima manfaat per SPPG, sekitar 300 di antaranya adalah ibu hamil dan menyusui. Di Malang, 49 persen penerima manfaat telah menerima layanan, sisanya masih dalam tahap persiapan.
Program Quick Wins SIDAYA (Lanjut Usia Berdaya) juga disosialisasikan dalam kesempatan tersebut, bertujuan meningkatkan kualitas hidup lansia dan memperkuat pendampingan multi-sektor.
Wihaji menutup kunjungan dengan menekankan pentingnya pendataan dan evaluasi oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK), serta memastikan biaya operasional tetap efisien.
“Rata-rata biaya pengantaran bantuan hanya seribu rupiah per anak. Kalau satu orang mengantar untuk 20 penerima, berarti 20 ribu per hari,” jelasnya.(*/id@)
Editor: Ida Rachmajanti



